Perbandingan Etika Teknologi Informasi Di Dunia Maya dan Di Dunia Nyata
Etika yang berasal dari bahasa Yunani, ethos yang berarti karakter, sudah dipelajari berbagai ilmuwan sejak dulu kala. Pelajaran tentang etika yang terstruktur bahkan telah dilakukan Aristoteles (384SM-322SM) dan dapat ditemui di bukunya, Ethica Nichomachea dan masih terus dikembangkan hingga saat ini sebagai bagian dari studi filosofi moral.
Etika yang berasal dari bahasa Yunani, ethos yang berarti karakter, sudah dipelajari berbagai ilmuwan sejak dulu kala. Pelajaran tentang etika yang terstruktur bahkan telah dilakukan Aristoteles (384SM-322SM) dan dapat ditemui di bukunya, Ethica Nichomachea dan masih terus dikembangkan hingga saat ini sebagai bagian dari studi filosofi moral.
Banyak ilmuwan di bidang ini berpendapat bahwa etika
dipengaruhi pembentukannya terutama oleh ajaran agama, sosial budaya khususnya nilai-nilai
dasar masyarakat dimana kita berada, hukum atau aturan perundangan di
negara kita dan berbagai hal lainnya. Lalu bagaimana perkembangan etika kita di
dunia maya? Di dunia yang suasananya berbeda dengan dunia nyata kita
sehari-hari?
Di dunia nyata, kalau
Anda di suatu seminar mendengar paparan dari seseorang yang substansinya salah
misalnya, tentunya anda akan ‘sungkan’ menyalahkan pembicara tersebut dengan
kata-kata kasar, apalagi kalau dia berusia lebih tua dari kita dan apalagi
kalau dia mengenal Anda. Anda tentunya akan memakai kata-kata yang baik agar
sang pembicara tidak tersinggung. Tapi bagaimana pola komentar Anda kalau Anda berada di
dunia maya? Anda tidak bertatapan langsung dengan pembicara tersebut sebab yang
Anda lihat adalah layar komputer atau HP Anda. Bahkan mungkin saat memberi
komentar tertulis, akan menggunakan alamat e-mail Anda dengan nama yang sangat
berbeda dengan nama Anda sebenarnya.
Bahkan Anda mungkin menggunakan nama dan alamat yang berbeda
dengan nama dan alamat anda sebenarnya ketika mendaftarkan e-mail Anda
tersebut. Memangnya siapa yang mau memverifikasi data yang Anda masukkan
tersebut? Pokoknya Anda yakin bahwa tidak ada yang tahu siapa Anda. Pada
keadaan demikian, mungkin komentar Anda akan ‘seenaknya’, menggunakan kata-kata
kasar atau bahkan menjelek-jelekan sang pembicara.
Komentar andapun mungkin Anda pasang di laman sosial media
seperti Facebook, Twitter atau bahkan di e-mail ke banyak orang. Anda tidak
percaya? Coba saja jadi follower Twitter salah satu tokoh di negeri ini, dengan
mudah Anda bisa membaca berbagai komentar yang bisa membuat orang merah
telinganya.
Hal ini tentunya mengkhawatirkan kita karena etika kita,
karakter kita di dunia nyata, dapat berubah di dunia maya hanya karena kita
menganggap bahwa tidak ada yang tahu siapa kita ketika kita melakukan suatu
aktivitas. Tiba-tiba saja nilai-nilai dasar kita berubah, ketaatan kita
terhadap hukum juga hilang, sopan santun kita tidak terjaga lagi. Tiba-tiba
kita menjadi seseorang yang lain ketika kita berada di dunia maya.
Seseorang yang sopan santunnya sangat terjaga di dunia nyata,
tiba tiba bisa berubah ketika dia berada di dunia maya. Akibatnya, dunia maya
kita dihuni oleh banyak orang, yang walaupun etikanya di dunia nyata
baik, tetapi di dunia maya etikanya menjadi tidak terjaga lagi. Lebih sulit
lagi, kita tidak tahu siapa sebenarnya mereka.
Yang paling mengkhawatirkan tentunya adalah ketika etika kita
yang jelek di dunia maya tersebut terbawa ke dunia nyata. Katakanlah kita
sangat menjaga diri untuk selalu bersikap baik di dunia nyata, seperti tidak
mau menonton tarian yang kelewat eksotik di diskotik malam misalnya. Tapi kalau
tiap hari kita dan terutama anak-anak kita melihat tontonan pornografi di dunia
maya, dan kita menontonnya karena kita anggap toh tidak ada yang tahu apa yang
kita lakukan, maka dalam waktu cukup lama, katakanlah 20-30 tahun lagi,
nilai-nilai dasar kita bisa berubah, dan generasi kita berikutnya,
menganggap bahwa tontonan pornografi di dunia nyata adalah hal biasa saja.
Perubahan etika ini bisa terjadi untuk berbagai bidang. Kalau
tadinya etika kita di dunia nyata melarang kita mencontek saat ujian di
sekolah, tapi kita membiarkan pengambilan data tanpa izin pemiliknya di dunia
maya, suatu saat mungkin kita akan membiarkan saja kalau ada siswa yang meng
‘copy’ tulisan orang lain untuk tugas akhir disekolahnya.
Karena itu, sudah waktunya institusi-institusi kita
memikirkan agar etika kita tetap harus dijaga bahkan ditingkatkan, baik di
dunia nyata maupun di dunia maya. Kode etik Insinyur Indonesia ‘Catur Karsa dan
Sapta Dharma’ misalnya, harus benar-benar dipahami dan dilaksanakan oleh para
insinyur kita, baik di dunia nyata maupun di dunia maya. Jangan sampai para
Insinyur kita membuat pelanggaran hukum didunia maya. Bersama sama, kita perlu
menjaga, bahkan meningkatkan etika kita setiap saat. Hanya dengan etika yang
baik, kita dapat membangun negara dengan baik pula. Semoga.
Sumber : http://pii.or.id/etika-di-dunia-maya



0 komentar:
Posting Komentar